"Iya Maaaak!" Sobari akhirnya mengangkat ponsel
jadul dalam genggamannya yang sudah berdering lebih dari delapan kali.
"Hei, Bari! Lama banget sih angkat telponnya? Ampe
capek Emak nungguin," suara di seberang sana langsung mencecar tanpa jeda.
"Udah dapet pesenan Emak? Buruan dianter dong, Emak keburu ngantuk
nungguinnya nih!"
Sobari cuma bisa pasrah mendengarkan omelan nyaring emak
tercintanya via telepon genggam. Kepalanya terus manggut-manggut dengan wajah
sedikit ditekuk menahan kesal.
"Pokoknya bawain Emak kerak telor pengkolan itu.
Jangan beli tempat laen! Denger nggak lo Bari?"
"Iya Mak, siap laksanakan kemendaaaaan ... "
Bari buru-buru menutup telponnya sebelum omelan emaknya makin deras tak
terkendali.
***
Sobari segera memarkirkan Vespa bututnya di samping tenda
warung kerak telor Bang Jalu yang terkenal seseantero pengkolan RW 03 itu.
Suasana hening seketika saat suara berisik mesin motor tua Sobari yang
memekakkan telinga itu akhirnya tak lagi terdengar.
"Untung sepi nih warung," gumam Sobari sembari
melangkah masuk ke dalam warung tenda warna kuning terang mencolok itu. Lelaki
muda usia awal 30-an ini mengambil kursi plastik yang tersedia dan bersiap
duduk. Diperhatikannya sekitaran warung itu. Sepi. Tak ada seorang pun di
dalamnya.
"Bang Jalu?" Sobari mencoba memanggil nama sang
pemilik warung beberapa kali, berharap bang Jalu muncul dan bisa segera
membuatkan kerak telor spesial pesanan emaknya.
"Cari siapa bang?"
"Mashaallah! Bangun-bangun makan nasi ama udang galah.
Ceilaaah ...!" Sobari sontak terperanjat kaget saat seorang anak kecil
usia 9 tahunan tiba-tiba muncul dari kolong meja saji. "Hei, sapa
lo?" sahut Sobari keras. "Ngapain lo tong dikolong meja?"
Seraut senyum manis dengan barisan gigi yang rapi muncul
di wajah anak itu yang segera menjawab pertanyaan Sobari dengan ramah.
"Saya Udin Bang, anak bang Jalu yang paling kecil."
"Oooh ..." Sobari cuma bisa ber-o panjang sambil
manggut-manggut. "Bapak lo mana Din? Mau pesen kerak telor nih satu."
Sahutan Sobari langsung dibalas riang oleh Udin, anak
lelaki bang Jalu yang bertubuh kurus itu. "Bapak lagi sholat Isya Bang.
Oh, Abang mau beli kerak telor ya? Ya sudah, sebentar ya Bang saya
buatin," Udin menjawab pertanyaan Sobari dengan cepat. Sigap diambilnya wajan
gagang kayu senjata andalan bapaknya yang biasa dipakai saat berjualan kerak
telor.
Melihat Udin yang bergerak cepat untuk memasak pesanan
kerak telornya, Sobari justru sontak terkejut bukan kepalang. Tanpa sadar ia
berteriak panik ke arah Udin. "Hei Din, stop stop! Mau apa lo?"
Bersambung .... J
Komentar
Posting Komentar