Langsung ke konten utama

Sering Stuck & Nge-blank Saat Menulis Padahal Ide Sedang Deras-derasnya? Lakukan Tips Menulis Efektif Berikut Ini

Dalam proses menulis, seringkali kita dihadapkan pada kondisi yang membuat langkah kita terhenti (stuck) di tengah jalan dan tidak bisa melanjutkan tulisan yang kita sedang kerjakan. Dan ternyata, alasan di balik terjadinya kondisi tersebut sering kali amatlah sepele. Salah satunya, kita merasa kualitas tulisan jadi "berbeda" dengan yang diharapkan. Padahal, sebenarnya ide menulis yg tengah "berkeliaran dan mengalir" di kepala begitu banyaknya, begitu derasnya.
Dalam keadaan seperti ini, kita seakan-akan dibebani rasa bersalah karena tidak mampu menghasilkan tulisan seperti yang kita bayangkan, sesuai yang kita harapkan. Dan, kejadian sesudahnya tentu sangat mudah ditebak bukan? Ya, kita jadi malas melanjutkan tulisan tersebut, dan membiarkan ide yang berdatangan tadi akhirnya mengendap, pergi, dan menghilang. 
Pernahkah sahabat sekalian berada dalam kondisi ini?
Lalu, bagaimana sebaiknya cara kita menyikapi kondisi ini? Amat disayangkan bukan, bila ide-ide berharga yang mampir di kepala kita harus disia-siakan begitu saja? Apalagi, yang namanya ide itu, kalau diminta datang dengan paksa, duh, sulitnya minta ampun. Betul tidak?
Bagi sahabat sekalian yang pernah dan mungkin seringkali menghadapi situasi semacam ini, beberapa tips menulis efektif berikut semoga bisa membantu Anda dalam mengatasi kondisi stuck dan nge-blank saat sedang memproses sebuah karya tulis.

Tips pertama. Catat setiap ide yang melintas 
Saat Anda merasa mendapatkan ide atau gagasan bagus yang bisa diangkat jadi bahan tulisan, segeralah mencatatnya ke dalam media penyimpanan yang Anda miliki. Sebagai seorang penulis, tentu tak ada salahnya Anda memiliki block note khusus yang selalu Anda bawa ke mana-mana setiap waktu. Saat ide datang, catat segera. Ingatlah selalu, bahwa ide brilian itu datangnya sekejapan saja. Dan hilangnya pun secepat kilat. Jadi sambar dan tangkap ide itu cepat-cepat sebelum dia pergi tanpa pamit.
Apa? Repot kalau harus bawa-bawa buku atau blocknote ke mana-mana? Baiklah. Sahabat sekalian pasti pengguna aktif gawai teknologi terkini kan? Setiap ponsel canggih yang kita miliki, umumnya dilengkapi dengan fasilitas Memo. Nah, Anda sangat bisa memanfaatkan media tersebut untuk mencatat ide secara praktis. Mudah bukan?

Tips kedua. Jangan baca tulisan Anda
Saat memulai langkah menulis, hindarilah rasa bersalah yang umumnya muncul di tengah proses dengan cara melakukan gaya menulis bebas (free writing). Tak perlu memikirkan kualitas tulisan. Biarkanlah tangan Anda menuliskan apa saja yang muncul di kepala tanpa henti. Ingatlah untuk jangan sekali-kali berhenti hanya sekadar untuk membaca, berpikir atau bahkan mengubah susunan tulisan yang Anda buat. Abaikan keinginan Anda untuk melihat ulang hasil tulisan yang belum tuntas itu, dan teruslah lanjut menulis. Jangan biarkan ide yang mendatangi Anda hilang sia-sia.

Tips ketiga. Jadilah editor yang sadis
Ya, benar sekali.Tips yang terakhir ini bila Anda lakukan saat Anda merasa benar-benar yakin bahwa tulisan yang dibuat sudah tuntas terselesaikan. Di saat ini, silakan ubah peran diri Anda. Dari seorang penulis yang tekun, berubahlah menjadi seorang editor tulisan yang kejam dan sadis. Saat berperan sebagai editor dari tulisan Anda sendiri, sahabat sekalian sangat diperkenankan untuk membaca baik-baik karya tulisnya, juga diperbolehkan untuk memperbaiki beragam hal-hal "lucu & aneh" yang ada dalam susunan tulisan yang telah dibuat. Hal ini tentunya akan jauh lebih mudah dilakukan karena konten tulisan sudah tersedia lengkap. Dan saat Anda harus secara kejam meng-edit tulisan tersebut, tidak akan ada rasa bersalah yang muncul di hati, yang berpotensi menghambat proses penulisan Anda.
 
Nah, bagaimana sahabat sekalian? Apakah tiga tips di atas bisa menjadi aalah satu cara yang membantu Anda untuk bisa berkarya dengan lebih efektif?
 
Untuk bisa mengetahuinya, silakan mempraktekkannya sahabat. Jadi, selamat mencoba. 


#TipsKepenulisan
#GentaKalbu

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen : Dikejar Bayang Kenangan

Suara-suara itu lagi .... Suara-suara menakutkan yang selama ini sudah sangat akrab di gendang telingaku. Pekikan keras ayah yang diikuti jerit tangis ibu dari ruang tengah mulai terdengar bersahutan. Dan aku hanya bisa meringkuk ketakutan di pojok kamarku yang kubiarkan gelap tanpa cahaya, sambil menahan sesak di dadaku akibat isak tangis yang sedari tadi kutahan. Selalu seperti ini. Mereka berdua kerap membiarkanku menyaksikan pertengkaran yang terjadi. Sepertinya mereka tak pernah menyadari, bahwa perselisihan ini sangat menakutkan untukku. Menakutkan sekali, saat harus melihat dua orang yang sangat kau kasihi saling menyerang, memaki dan mencaci. Tak tampak lagi wajah-wajah teduh penuh cinta dan dekapan sayang yang biasanya selalu tercurah dengan mesra.   Plak!!! Aku terkesiap. Tiba-tiba bunyi tamparan yang cukup keras terdengar, dan suara-suara gaduh itu pun terhenti. Dengan sekali gerakan, aku bangun dan berjingkat pelan mendekati pintu kamar yang sedikit terbuka, b

CERPEN : MUMUN ENGGAK PERNAH SALAH

Hari masih pagi. Nggak kayak biasanya, Bang Jali tetumbenan udah bangun. Matanya kelihatan banget masih kriyep-kriyep menahan rasa kantuk yang tersisa. Sesekali mulutnya yang dihiasi kumis melintang menguap lebar disertai suara "huwaaah" yang lumayan keras. "Apaan sih Bang, masih nguap bae!" Tetiba mata Bang Jali langsung melotot. Suara hardikan Mpok Mumun, istri kesayangannya sukses menghilangkan kantuk berat yang ngganjel di matanya. "Eeeh ... si montok udah siap. Neng Mumun jadi mau ke pasar nih?" Bang Jali cepat-cepat memasang muka manis di depan istrinya. "Lah, ya jadi dong Bang. Pan Mumun dah keabisan lipensetip inih. Boros bener sih. Gegara Abang inih," sambil manyunin bibirnya yang tebal nggak beraturan, Mpok Mumun menjawab pertanyaan suaminya itu dengan ketus. Bang Jali senyum-senyum sendiri mendengar ocehan perempuan kesayangannya itu. Imajinasinya langsung melayang ke mana-mana.  "Ayo deh Bang, berangkat!" Sial

CERPEN : CINCIN BERLIAN DARI SYURGA

“Kau harus segera menyampaikan keputusan keluarga ini kepada Arul. Segera, Ranti. Jika ikatan kalian ini tetap ingin dilanjutkan.” Deg! Ucapan Pak Purwo barusan benar-benar mengejutkan Ranti.  Ayahnya belum pernah seperti ini sebelumnya. Pak Purwo adalah seorang lelaki yang demokratis, bijaksana, meski terkenal tegas dan amat menjaga prinsip bila itu berkaitan dengan kebenaran. Namun ketegasannya selama ini selalu disampaikan dengan lembut. Kecuali hari ini. Kata-kata lelaki paruh baya yang masih tampak gagah ini terdengar tajam, menekan, menusuk tepat ke hati. Bagi Ranti, ini menjadi pertanyaan besar di kepalanya. “Kenapa tiba-tiba Ayah mengubah keputusan yang sudah kita sepakati? Tidak bisa seperti ini Ayah ... ” tanya gadis ini dengan nada putus asa. “Ayah mohon Ranti, mintalah pengertian Arul. Ini bukan tentang Ayah yang tidak mau menerima Arul apa adanya. Ayah sangat ikhlas melepasmu menjadi istrinya. Ayah hanya minta sedikit pengertiannya. Dalam masalah ini saja. Ini